Menumbuhkan Minat Baca pada Anak Sejak Dini ala Amelinda

Share this post

Menumbuhkan Minat Baca pada Anak Sejak Dini ala Amelinda

Seseorang yang bekerja sebagai guru sekaligus berperan sebagai seorang ibu di rumah pasti memiliki cara unik dan menarik dalam memberikan pendidikan non-formal di rumah kepada anaknya. Amelinda salah satunya. Di tengah kesibukannya mengajar dan mengurus rumah, Amelinda selalu menyempatkan diri untuk menghabiskan waktu dengan anaknya. Amelinda percaya bahwa dengan beraktivitas bersama, anak dapat membuka hati untuk menerima banyak nasihat baik dan contoh baik dari orang tuanya.

Salah satu “hasil” yang didapat Amelinda dan putrinya, Jeane (5 tahun), adalah sebuah hobi bersama, yaitu membaca! Kok bisa sih anak usia 5 tahun jadi gemar membaca? Padahal minat baca di Indonesia secara umum rendah banget. Menumbuhkan minat baca pada anak jadi tantangan besar karena tidak mudah dilakukan, padahal amat penting bagi pertumbuhan anak.

Mau tahu cara Kak Amelinda bikin Jeane jadi hobi membaca? Yuk simak wawancara singkat berikut ini!

Q: Gimana kabar Kak Amelinda dan Jeane selama pandemi ini?

A: Basically stay home aja sih. Udah 4 bulan kami mendem di rumah nggak pergi kemana-mana karena masih parno sama COVID-19. Aku sendiri juga sedang tidak mengajar soalnya sekolah diliburkan dan Jeane juga di rumah aja. Aku memutuskan untuk mengajar Jeane di rumah dengan sistem homeschooling.

Momen kebersamaan Kak Amelinda dan Jeane menghabiskan waktu di rumah.

Q: Bagaimana rasanya memberikan homeschooling kepada Jeane di rumah?

A: Seneng banget! Soalnya jadi punya banyak waktu sama anak. Jeane juga enjoy dengan homeschooling selama pandemi. Aku pikir tidak perlu memberikan asupan akademik (seperti matematika rumit, bahasa indonesia seperti yang di buku sekolah sesuai kurikulum) terlalu intens kepadanya. Anak seusianya sangat curious dan akan mempertanyakan hal apapun yang keluar di benaknya. Rata-rata pertanyaan yang ditanyakan Jeane justru tidak ditemukan jawabannya di buku-buku pelajaran, malah lebih banyak ditemukan di buku cerita atau buku-buku lainnya. Akademik memang penting, tapi kalau seorang anak cemerlang di sektor akademiknya tapi nggak punya minat baca juga rasanya kesuksesan akademiknya jadi nggak berarti.

Sumber: www.instagram.com/amelindacoffee
contoh aktivitas homeschooling yang diberikan Kak Amelinda kepada Jeane.

Q: Sehari-hari kesibukan Kak Amelinda dan Jeane gimana?

A: Karena banyak waktu di rumah, kami lebih banyak menghabiskan waktu bersama. Pagi-pagi sih Jeane suka nemenin aku masak sambil ngobrol dan saya juga sisipin hal-hal positif di obrolan kita. Lalu siangnya Jeane sekolah bareng aku dan most of the day Jeane membaca sih. Dia suka banget sama membaca.

Sumber: www.instagram.com/amelindacoffee
Piknik di rumah merupakan salah satu aktivitas favorit Jeane selama pandemi.

Q: Jarang banget ada anak-anak seusia Jeane yang suka membaca, apa sih rahasianya?

A: Aku sendiri suka membaca sih, jadi waktu Jeane usia 8 atau 9 bulan aku udah mulai mengenalkan Jeane dengan aksara. Misalnya abjad ABC atau angka, mendongengkan cerita-cerita yang ber-value kebaikan ke dia sebelum tidur, ini bahkan masih aku lakukan lho sampai sekarang. Kadang Jeane protes kalau nggak dibacain cerita. Karena itulah Jeane jadi anak yang senang baca. Di usia 2,5 tahun Jeane sudah mulai membaca ensiklopedi anak, dan di usianya 5 tahun sekarang, dia udah menghabiskan 1 novel singkat Lion King. Dan Jeane bukan tipe anak yang addicted sama gadget. Sesekali aku tunjukin kartun tapi tetap kartun pilihan yang bisa ngajarin kebaikan buat Jeane. 

Q: Ngomong-ngomong soal dongeng, kenapa sih memilih untuk mendongeng ke Jeane?

A: Simple sih. Sebenarnya mendongeng itu punya banyak manfaat. Kita bisa jadi makin dekat dengan anak, terus jadi contoh buat anak juga untuk senang membaca, terus bisa nyisipin pesan moral ke anak. Ini tentunya harus jago hunting dan milih buku, ya. Terus yang paling penting adalah kita bisa relate banyak kejadian sehari-hari dengan buku yang udah dibaca bareng.

Misalnya kalau Jeane lagi ngerjain sesuatu setengah-setengah, aku sih ga akan negur dengan keras: “Jeane, pokoknya selesaiin mama nggak mau tau.” Tapi lebih ke: “Jeane, inget nggak cerita kelinci dan kura-kura yang lomba lari? Kan lebih baik kalau Jeane ngerjain sesuatu pelan tapi pasti kaya kura-kura, daripada cepat tapi setengah jalan dan nggak selesai kaya si kelinci yang sombong.” Nanti Jeane akan sadar sendiri dan kelarin kerjaan dia. Itu karena sering dibacain dongeng yang punya nilai moral gitu. Terus karena kita yang mendongengkan ke anak, kita juga otomatis ke-remind tentang value hidup sederhana yang mungkin sering kita abaikan. Win-win solution banget deh!

Q: Gimana caranya Kak Amelinda memilih dongeng yang tepat untuk anak?

A: Biasanya sih sesuai dengan usia anak. Dulu waktu Jeane umur 2-3 tahun bacaannya masih yang sederhana banget, banyak yang repetisi, kata-kata tertentu yang diulang-ulang. Tujuannya sih biar si anak familiar dengan kata itu. Terus kalau udah seusia Jeane sekarang sih udah bisa diberikan cerita yang agak panjang, tapi banyak gambar-gambar bagus, yang sehalaman full gambar dan warna dengan cerita cuma separagraf dan warnanya cerah. Jeane sendiri sih ogah baca cerita anak yang warnanya gelap ya, menakutkan katanya. Ya, most importantly sih harus ada nilai moral yang bisa disisipin.

Q: Susah nggak sih nemuin buku-buku dongeng atau bacaan untuk anak?

A: Susah-susah gampang sih, harus pinter-pinter milih. Di indonesia sendiri belum begitu banyak buku anak yang menurutku bagus-bagus banget, jarang banget nemunya. Kebanyakan sih aku belinya buku luar, banyak beli dari Big Bad Wolf sih. Sekali belanja buku Jeane bisa jutaan, hahaha. Kadang aku diomelin sama papanya Jeane. Hahaha.

Waktu dengar Lamrimnesia launching buku cerita gambar yang “Permata Emas”, aku sih seneng banget. Dari segi kualitas gambar dan cerita sih ini buku yang cocok banget untuk anak-anak seusia Jeane. Gambarnya menarik, warnanya cerah, bukunya ringan, tapi tetap ada nilai moral Buddhis untuk disisipin ke anak (aku juga seorang Buddhis), dan yang paling penting, bilingual. Mungkin udah saatnya buku-buku anak seperti ini banyak beredar di pasaran, biar orang tua bisa menanamkan nilai baik dari membaca kepada anaknya.

Sumber: www.instagram.com/lamrimnesiastore
Dapatkan bukunya di sini.

Q: Pernah nggak sih nemu buku cerita Buddhis lainnya?

A: Ada sih beberapa dan salah satunya adalah favorit Jeane. Waktu pertama kali aku bacain kisah Sang Buddha ke Jeane, dia nanya beberapa hal ke aku sampe aku bingung dan terheran. Dia nanya, “Ma, sufferings itu apa ya? Enlightenment itu apa ya?.” Nah kalau begini kan kita sebagai orang tua harus lebih dulu paham terms itu baru bisa jelasin ke anak-anak. Jadi sebenarnya mendongeng juga memberikan manfaat ke aku sih sebagai seorang ibu.

Q: Apa yang menonjol dari cerita Buddhis menurut Kakak?

A: Menurutku ilmu Buddhis itu value-nya paling universal. Its all about kindness dan letting go ego. Sesuatu yang harus dikasih tahu ke anak dari kecil. Bayangin kalau anak tumbuh tanpa cinta kasih dalam dirinya, it will be a very sad scene to see!

Q: Pertanyaan terakhir, apa pesan Kak Amelinda untuk young parents di luar sana?

A: Hmm…apa, ya? Intinya sih reading is a very good habit to be planted to kids ya. Jadi jangan pernah nyerah untuk terus menanamkan keinginan itu ke anak-anak. Jangan terlalu di forsir juga, you’ll find a way yang kamu dan anakmu bisa enjoy! So love reading and love your kids more <3. Mau apapun profesi kamu as parents, luangin waktu 30 menit baca bareng anak kurasa bukan hal sulit. So, good luck!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *